Mencari Sosok Panutan Indonesia*

Oleh: Hendra Gunawan

Selain punya cita-cita, anak-anak juga perlu punya role model (sosok panutan), yang menginspirasinya untuk bekerja keras meraih cita-citanya. Namun, siapakah yang layak menjadi sosok panutan?

Sebelum menyebut nama, kita perlu kriteria. Konteksnya adalah menuju Indonesia 2045 yang mandiri, maju, adil dan makmur, beradab, serta disegani dunia.

Dalam konteks ini, sosok panutan yang kita perlukan adalah warga Indonesia yang diakui oleh masyarakat luas (bahkan mungkin oleh dunia) telah berkontribusi besar dan luar biasa melalui karya atau upayanya dalam:

1. memperluas pengetahuan manusia dengan melakukan penelitian dan menghasilkan penemuan baru tentang berbagai aspek kehidupan (ilmuwan dan dokter termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Isaac Newton (penemu teori gravitasi) dan Albert Einstein (penemu teori relativitas))

2. menciptakan karya atau gagasan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (teknolog, inventor dan inovator, serta pemikir termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Bill Gates (pendiri Microsoft) dan Mark Zuckerberg (pengembang Facebook))

3. menaikkan standar keunggulan manusia dengan membuat rekor atau capaian baru yang menunjukkan keunggulan kemampuan manusia (atlit dan artis termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Maria Sharapova (petenis) dan Adele (penyanyi))

4. melakukan kegiatan kemanusiaan yang berdampak pada penguatan bangsa dan keharmonisan hubungan antarkomunitas atau antarbangsa (negarawan dan tokoh masyarakat termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Mahatma Gandhi (negarawan) dan Bunda Teresa (biarawati, aktivis kemanusiaan))

5. mempelopori kegiatan penyelamatan dan pelestarian lingkungan dengan menggalakkan upaya-upaya dan/atau kegiatan eco-friendly (ramah lingkungan) (masyarakat umum dan aktivis lingkungan termasuk di sini; contoh pada skala dunia John Muir dan David Suzuki (keduanya aktivis lingkungan))

6. memperluas akses terhadap pendidikan dan melakukan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan, baik formal maupun nonformal (masyarakat umum dan aktivis pendidikan termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Paulo Freire (filsuf pendidikan) dan Salman Khan (perintis pendidikan via Internet))

7. membuat manusia lebih manusiawi melalui berbagai kegiatan, karya seni, atau tulisan (seniman, penyair, dan penulis termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Pablo Picasso (pelukis) dan Paulo Coelho (novelis))

8. memajukan bangsa melalui berbagai bidang atau kegiatan lainnya (kaum profesional dan masyarakat umum termasuk di sini; contoh pada skala dunia: Antoni Gaudi (arsitek) dan Joseph Pulitzer (jurnalis))

Sosok panutan yang memenuhi kriteria tersebut di atas mungkin sudah meninggal atau masih hidup pada periode 1920-sekarang.  Dengan karya atau aktivitasnya, mereka mestinya telah mengharumkan nama bangsa — walau mungkin tidak sehebat nama-nama yang disebutkan sebagai contoh di atas.

Bila anda punya usulan nama-nama yang layak menjadi sosok panutan dalam salah satu di antara delapan dimensi di atas, dapat anda utarakan di sini dan kita diskusikan untuk kita sepakati bersama.

Nama-nama sosok panutan beserta karya atau kontribusinya nanti akan dituliskan dalam halaman terpisah.

HG, 14-04-2013

*Tulisan versi lengkap-nya dimuat di Media Indonesia, 22 April 2013

Leave a comment