Ilmuwan

Teruna Siahaan dan Kimia Farmasi

teruna-siahaan

Dr. Teruna J. Siahaan adalah Aya & Takeru Higuchi Distinguished Professor di Department of Pharmaceutical Chemistry, The University of Kansas (KU), Kansas, AS. Professor Siahaan mendapat penghargaan sebagai Fellow of the American Association of Pharmaceutical Scientists (AAPS). Beliau menjabat sebagai Department Associate Chair, Program Director dari NIH Biotechnology Training Program, dan Director of Global Health Education & Research Center di KU.

Ia lahir di Medan dengan pendidikan dari SD Methodist, SMP Katholik St. Thomas, dan SMA Katholik di Medan. Setelah menyelesaikan kuliah di Jurusan Kimia, FMIPA-UI, pada tahun 1982, Prof. Siahaan melanjutkan studi ke Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Ph.D. pada tahun 1986 di bidang Kimia Organik dari the Department of Chemistry, University of Arizona, Tucson, Arizona, AS. Beliau melanjutkan Postdoctoral Training di Department of Chemistry, University of California, Santa Barbara, California, AS. Setelah bekerja dua tahun di La Jolla Cancer Research Foundation (Burnham Institute), California, dan dua tahun di Sterling Drug Inc., Rensselaer, New York, Prof. Siahaan menjabat sebagai Assistant Professor di KU pada tahun 1991. Secara bertahap Dr. Siahaan dipromosikan ke jenjang Associate, Full, dan Distinguished Professor di KU.

Prof. Siahaan mempublikasikan sekitar 167 artikel, 19 buku chapter, 12 catatan, 2 buku, dan 12 paten. Ia juga telah membimbing beberapa dosen dan staff dari beberapa Universitas dan Instansi di Indonesia (a.l. UI, GAMA, UNAS, UNDIP, Atmajaya, LIPI) sebagai mahasiswa S3 dan Dosen/Peneliti Recharging Program yang melakukan riset di laboratoriumnya di KU. Bila berkunjung ke Asia Tenggara dan Australia, beliau selalu menyempatkan singgah untuk memberi kuliah, short courses, dan seminar serta bertemu dengan mahasiswa dan dosen di universitas-universitas di Indonesia.

Publikasi Professor Siahaan dapat dilihat dengan membuka laman di bawah ini:

ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Teruna_Siahaan;

Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=vsi-IckAAAAJ&hl=id;

KU Pharmacy School: https://pharmacy.ku.edu/teruna-siahaan#link3

H.G., 05-01-2017

Raymond R. Tjandrawinata dan Obat Herbal

raymond

Pada penganugerahan Habibie Award 2016, ada sosok menarik yang menggulirkan kata sciencepreneurship — ia adalah Raymond R. Tjandrawinata, arek Suroboyo, anak dari seorang TNI AL – Lukito Tjandrawinata – Veteran Pejuang Angkatan 1945. Raymond menyebut dirinya sebagai seorang industrial scientists. Rupanya, dugaan sebagian besar orang selama ini bahwa di Indonesia tidak ada industri yang berbasis riset salah. PT Dexa Medica, tempat di mana Raymond bekerja sebagai Direktur Eksekutif, adalah contoh penyangkalnya. Industri yang berkecimpung dalam obat-obatan herbal ini memproduksi obat berbasis riset yang mereka lakukan, yang dipimpin oleh Raymond. Publikasinya tak kalah produktif dari para peneliti di perguruan tinggi. Atas inovasinya dalam pengembangan obat-obatan, pada awal tahun 2015, PT Dexa Medica meraih penghargaan dari Menko bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan. Raymond sendiri pernah mendapat The Swa Indonesia Future Business Leader Award dan diangkat sebagai ‘Fellow‘ oleh The Royal Society of Chemistry dan The Society of Biology. Pada tanggal 5 Oktober 2016, ia menerima Habibie Award dalam Bidang Ilmu Kedokteran & Bioteknologi.

H.G., 07-10-2016

Haryo Sumowidagdo dan Fisika Partikel

haryosumowidagdo

Suharyo “Haryo” Sumowidagdo, lahir di Bali pada tahun 1976, adalah fisikawan yang menekuni fisika partikel. Setelah lulus dari Universitas Indonesia, ia melanjutkan studinya ke Florida State University dan mendapatkan gelar doktornya dari sana. Ia sempat bekerja di CERN (Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire) atau European Organization for Nuclear Research, yang memiliki laboratorium percepatan partikel terbesar di dunia di sebelah barat Jenewa, bersama dengan ribuan ilmuwan mancanegara, terutama komunitas fisika partikel. Ia kini telah kembali ke tanah air dan berafiliasi dengan LIPI.

HG, 24-12-2015

Yudi Pawitan dan Biostatistika

Dari namanya, jelas ia orang Indonesia. Pendidikan SD, SMP, dan SMA yang bersangkutan ditempuh di Bogor, demikian juga dengan pendidikan sarjananya. Ia mengantongi gelar Sarjana Statistika dari IPB pada tahun 1982. Sempat bekerja di IBM Jakarta pada tahun 1982, ia kemudian melanjutkan studi ke AS, tepatnya ke University of California Davis pada tahun 1983-1987, mendalami bidang yang diminatinya, yaitu Statistika. Setelah mendapatkan gelar doktor pada tahun 1987, ia sempat bekerja sebagai assistant professor di University of Washington pada 1987-1991, sebagai lecturer di National University of Ireland pada 1991-2001, dan akhirnya sebagai professor di Karolinska Institutet sejak 2001 hingga sekarang. Bidang keahliannya adalah Statistical Genetics, Biostatistics, Bioinformatics, dan Molecular Biology (Cancer). Tengok profil lengkapnya di sini.

HG, 27-04-2015

200 Top Scientists in Indonesia according to Google Scholar

Baru-baru ini, Webometrics mengumumkan 200 ilmuwan “terkemuka” di tiap negara berdasarkan profil/sitasi mereka di Google Scholar. Database ini diakui masih mengandung “mistakes and gaps“, namun merupakan upaya yang perlu diapresiasi dalam rangka memetakan kapasitas ilmuwan di tiap negara.

Lihat: 200 Top Scientists in Indonesia based on GSC Profiles (yang diumumkan oleh Webometrics pada Februari 2015).

HG, 20-02-2015

Ferry Iskandar dan Rekayasa Material

Setelah mendapat Anugerah Habibie untuk bidang Ilmu Dasar pada bulan November 2014, Dr.Eng. Ferry Iskandar meraih Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Tahun 2014 untuk kategori Hak Cipta bidang Ilmu Pengetahuan.

Ferry Iskandar meraih gelar doktor dalam bidang Rekayasa Material dari Universitas Hiroshima, Jepang, pada tahun 2002. Sempat mengajar di Universitas Hiroshima beberapa tahun, ia kemudian memutuskan pulang ke tanah air dan sejak Juli 2010 menjadi dosen di Kelompok Keilmuan Fisika Material Elektronik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Untuk mengenal lebih jauh sosok yang bersangkutan, tengok laman pribadinya di sini.

HG, 10-12-2014

Rose Amal dan Material Nano

Rose Amal menempuh pendidikan dasar di SD dan SMP Methodist Medan, dan lulus dari SMA Katolik Medan pada tahun 1983. Ia melanjutkan kuliah di UNSW Sydney dan mendapat gelar B.Eng. dalam bidang Teknik Kimia pada tahun 1988. Gelar doktornya diperoleh dari universitas yang sama pada tahun 1991, juga dalam bidang Teknik Kimia. Sejak itu, ia menjadi dosen di UNSW dan kini menjabat sebagai Scientia Profesor pada School of Chemical Engineering, UNSW, Sydney, dan direktur ARC Centre of Excellence for Functional Nanomaterials, Australia.

Penelitiannya meliputi particle aggregationphotocatalysis dan functional nanomaterials, serta aplikasinya dalam pengendalian polusi air dan kualitas udara, teknologi energi bersih dan berkelanjutan, dan bioteknologi. Untuk melihat kelompok penelitiannya, sila tengok http://www.pcrg.unsw.edu.au. Untuk melihat daftar publikasinya, kunjungi http://www.pcrg.unsw.edu.au/staff/publication/rose.pdf.

HG, 18-07-2014

Edy Tri Baskoro dan Teori Graf

Ada berapa banyak matematikawan di Indonesia? Hmm.. kalau dosen matematika sih banyak. Tapi, kalau yang benar-benar matematikawan, tidak banyak. Di antara yang sedikit itu, Edy Tri Baskoro adalah salah satunya. Bahkan, ia adalah yang paling berkibar karena produktivitasnya dalam penelitian, khususnya dalam bidang Teori Graf. Karya-karyanya banyak dipublikasikan di berbagai jurnal, antara lain di Utilitas Mathematics dan Ars Combinatorics.

Edy Tri Baskoro lahir di Jombang pada tahun 1964. Ia meraih gelar Ph.D. dari The University of Newcastle, Australia, pada tahun 1996. Sejak tahun 2006, ia menjabat sebagai Guru Besar dalam bidang Matematika Kombinatorika di FMIPA ITB Bandung. Pada tahun 2009, ia menerima Habibie Award untuk bidang sains dasar. Saat ini ia juga menjabat sebagai Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan, setelah kurang lebih 10 tahun terlibat sebagai anggota Badan ini.

Profil lengkap Edy Tri Baskoro dapat dilihat di situs personalnya: http://etb.maths.web.id/

HG, 11-06-2014

Sangkot Marzuki dan Lembaga Eijkman

Nama Sangkot Marzuki barangkali melekat dengan Lembaga Eijkman. Bahkan, sebaliknya, bila kita mendengar nama Lembaga Eijkman dewasa ini, yang melintas di benak kita mungkin nama Sangkot Marzuki.

Sangkot Marzuki lahir di Medan, Sumatera Utara, 2 Maret 1944. Beliau menjadi Direktur Lembaga Eijkman sejak 1992 hingga sekarang. Ia menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (lulus 1968), S2 di Universitas Mahidol, Thailand (lulus 1971) dan S3 di Universitas Monash, Australia (lulus 1976).

Lembaga Eijkman, atau tepatnya Lembaga Biologi Molekul Eijkman, merupakan lembaga riset negara dengan misi mengembangkan ilmu pengetahuan dasar di bidang biologi molekuler serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk pemahaman, pengenalan, pencegahan, dan pengobatan penyakit pada manusia.

Nama lembaga penelitian ini diambil dari nama direktur pertamanya, Christiaan Eijkman, yang meraih penghargaan Nobel untuk penelitiannya mengenai pengaruh vitamin terhadap beberapa penyakit manusia, terutama beri-beri.

Setelah ditutup pada tahun 1965, Lembaga Eijkman direvitalisasi oleh Menristek RI saat itu, B.J. Habibie, pada tahun 1992. Prof. Sangkot Marzuki, yang ketika itu berada di Australia, dipanggil pulang untuk memimpin lembaga ini. Jabatan tersebut masih ia emban hingga sekarang, dibantu oleh seorang Deputi Direktur, yaitu Prof. dr. Herawati Sudoyo, Ph.D. Hingga kini, Lembaga Eijkman bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi RI.

Sosok Sangkot Marzuki memang bukan sosok sembarangan. Sebagai peneliti dalam bidang biokimia, genetika dan biologi molekuler, sebanyak 111 publikasinya tercatat di Scopus (per September 2013). Papernya pun masih terbit pada tahun 2013 ini, sekalipun bukan sebagai penulis pertama. Beberapa paper yang dipublikasikannya sebagai penulis pertama antara lain berjudul “Update in molecular genetics: mitochondrial energy transduction disorders,” The Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health 26 Suppl. 1 (1995), 155-161, dan “Developmental genetics of deleted mtDNA in mitochondrial oculomyopathy,” Journal of Neurological Sciences 145 (2) (1997), 155-162.

Saat ini, Sangkot Marzuki masih tercatat pula sebagai Honorary Professor di Sydney Medical School, The University of Sydney.

Sumber:

  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sangkot_Marzuki
  2. http://foto.ureport.news.viva.co.id
  3. http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/04/sangkot-marzuki-the-brilliant-professor-behind-eijkman.html

HG, 09-09-2013

Astronom dari Lembang Mengangkasa

Barangkali ini berita lama, namun saya merasa perlu untuk merekamnya di blog ini. Ya, pada awal tahun 2011 yang lalu, empat astronom Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha ITB, Lembang, Kabupaten Bandung, diabadikan namanya sebagai nama asteroid 12176, 12177, 12178, dan 12179. Mereka adalah Prof. Bambang Hidayat, Dr. Moedji Raharto, Dr. Dhani Herdiwijaya, dan Dr. Taufiq Hidayat.

Prof. Bambang Hidayat menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha ITB pada periode 1968-1999, dan pernah menjadi Vice President International Astronomical Union pada tahun 1994-2000. Ia dikenal atas karyanya dalam bidang astronomi, khususnya mengenai visual binaries dan bintang H-emission-line. Asteroid 12176 sekarang dinamai sebagai 12176 Hidayat.

Dr. Moedji Raharto menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha ITB pada 1999-2004. Sebagai astronom, ia menekuni struktur galaksi. Namanya kini diabadikan pada asteroid 12177 Raharto.

Dr. Dhani Herdiwijaya menjabat sebagai Kepala Observatorim Bosscha ITB pada 2004-2006. Dalam bidang astronomi, ia aktif meneliti fisika Matahari, bintang kembar, aktivitas magnetik Matahari dan pengaruhnya pada iklim dan cuaca di Bumi. Namanya kini menempel pada asteroid 12178 Dhani.

Dr. Taufiq Hidayat menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha ITB pada 2006-2010. Kiprahnya dalam bidang astronomi terfokus pada sistem tata surya dan extra solar transits. Ia dkk juga menaruh perhatian pada masalah urbanisasi di sekitar Observatorium Bosscha dalam beberapa tahun terakhir. Namanya kini bertengger pada asteroid 12179 Taufiq.

Jauh sebelumnya pernah ada pula Kepala Obervatorium Bosscha, yaitu Prof. G.B. van Albada dan Prof. The Pik Sin, yang namanya diabadikan pada asteroid 2019 van Albada dan 5408 The.

Ke depan, kita tinggal menantikan nama-nama Kepala Observatorium Bosscha berikutnya, yaitu Dr. Hakim Malasan (2010-2011) dan Dr. Mahasena Putra (2012-sekarang), muncul dalam nama asteroid lainnya. Dr. Hakim Malasan pada saat ini menjabat sebagai Vice President IAU dalam bidang pendidikan. Sementara itu, Dr. Mahasena Putra dkk sedang merintis upaya pembangunan Observatorium Bosscha II di NTT.

Artikel serupa dapat pula dibaca antara lain di sini: Nama-Nama Indonesia pun Tertera di Angkasa.

HG, 05-08-2013